Kesempatan dalam Ketidakberuntungan

Memang benar kata orang, selalu ada kesempatan dalam kesulitan. Kesempatan itu tersembunyi dalam peristiwa paling buruk sekalipun. Orang Barat menyebutnya sebagai blessing in disguise.

Blessing seperti ini sering kita dapatkan, namun jarang kita sadari. Kita hanya dapat memahaminya setelah kita menikmati indahnya kesuksesan. Lalu bagaimana kita bisa mendapatkannya? Cerita ini mungkin dapat memberikan penjelasan.

Kita semua tahu Steve Jobs. Dia adalah pendiri Apple, perusahaan yang memproduksi Machintos dan produk legendaris iPod. Dia juga pendiri Pixar, yang menjadi pionir berkembangnya film-film animasi 3D dengan produknya Toy's Story, a Bug's Life, UP, dan lain-lain. Pada tahun 2005, Steve Jobs memberikan pidato pada acara pemberian ijazah (commencement address) di Stanford University. Dalam pidato itu, ia menceritakan kisah inspiratif tentang hidupnya.

Sejak lahir, Steve Jobs sudah bernasib "sial." Dia dilahirkan dari pasangan yang tidak menikah. Ibunya hendak memberikan hak asuhnya kepada seorang terpelajar yang berjanji akan mengasuhnya setelah ia lahir. Namun ketika lahir, mereka tidak jadi mengasuhnya dengan alasan pasangan terpelajar itu menginginkan anak perempuan. Jadilah hak asuh Steve Jobs diberikan pada seorang karyawan biasa berpenghasilan kecil.

Lulus SMA Steve Jobs kuliah di Reed University, namun mengalami kesulitan finansial sehingga harus
drop-out di semester pertamanya. Tetapi dia tidak serta merta meninggalkan kampus. Dia tetap bersemangat belajar dan nekat sit-in (sit-in berarti ikut duduk belajar di kelas, padahal tidak terdaftar di kelas itu) di kelas kaligrafi.

Mungkin kedengerannya kelas itu tidak terlalu penting. Kasarnya, orang yang belajar kaligrafi bisanya apa sih? Tapi kata Steve Jobs itu adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah dia buat. Dengan belajar kaligrafi, dia juga belajar tentang tipografi (ilmu membuat huruf) yang pada akhirnya membantu dia menciptakan desain-desain unik untuk produknya, seperti iPod, iMac, iPhone. 



Saat-saat itu menjadi saat terkeras dalam hidupnya. Ia tumbuh sebagai orang yg pantang menyerah, dia tidur di lantai kamar temannya, mengumpulkan botol-botol Coca Cola untuk mendapatkan 5 sen, dan berjalan 7 mil setiap minggu untuk mendapatkan makanan gratis di kuil Hare Khresna. Dia terus berjuang sampai akhirnya berhasil menciptakan Machintos yang terkenal dengan desainnya yang unik, dan mendirikan Apple. 


Kesialan kedua terjadi ketika Steve Jobs dipecat dari Apple. Garis bawahi, dipecat dari Apple, dipecat dari perusaahan sendiri. Para pemegang saham ketika itu merasa kinerja Apple sangat buruk, dan kesalahan ditimpakan kepada pemimpinnya yaitu Steve Jobs. Bagi Anda para pengusaha pasti memahami bahwa itu adalah hal yang sangat menyakitkan. Mendirikan perusahaan itu bukanlah sesuatu yang mudah dan perlu pengorbanan yang sangat besar, namun setelah perusahaannya menjadi besar. Anda dipecat dari perusahaan itu? Bagaimana rasanya?

Tapi Steve Jobs tidak menyerah, dia mendirikan perusahaan lain bernama PIXAR. Anda pasti pernah mendengarnya, itu lho yang nyiptain Toys Story, Nemo, Wall-E, A Bugs Life.

Dan yang seperti Anda tahu, Pixar mengalami kesuksesan luar biasa. Coba sebutkan film Pixar yang cacat? tidak ada! Semuanya bagus-bagus! Pixar pun akhirnya dibeli oleh Disney, dan Steve Jobs mendapat kehormatannya lagi, dia diminta untuk kembali memimpin Apple, dan tak lama kemudian tepatnya tahun 2001, Steve Jobs melahirkan iPod.

Bayangkan kalo Steve Jobs tidak di DO, atau menyerah dan langsung meninggalkan kampus setelah di DO, dia tidak akan belajar kaligrafi dan akhirnya Machintos tidak menjadi produk yang unik dan laris seperti saat ini. Bayangkan Kalo Steve Jobs tidak dipecat dari perusahaan sendiri, kita tidak akan pernah nonton Toys Story, UP, Wall-e dan lainnya. Dan bayangkan kalo Steve Jobs patah semangat? Mungkin dia tidak akan menjadi seperti sekarang ini.



Satu hal penting yang saya pelajari dari kisah Steve Jobs: kesempatan dapat kita peroleh asalkan tekun dan pantang menyerah. Steve Jobs sungguh merupakan contoh sempurna bagaimana kedua hal itu, ketekunan dan semangat, dapat menciptakan kesempatan dalam kesialan seberat apapun.

0 komentar: